Please wait...


Kemurahan Hati Tuhan


Author: Fitria MS

Shalom, Saya FItri, seorang Ibu Rumah Tangga, saat usia kehamilan 12 minggu, saya ikut pemeriksaan kandungan dan mendapatkan kabar kurang menyenangkan


    Shalom, Perkenalkan Saya FItri. Saya adalah seorang Ibu Rumah Tangga, dalam tulisan ini saya ingin menceritakan pengalaman hidup saya tentang kemurahan Tuhan. Bulan Juli 2019, Saya terlambat datang bulan dan setelah saya tes kehamilan hasilnya positif tapi sangat samar sekali. Keaamudian saya datang ke klinik dokter kandungan yang direkomendasikan oleh teman komunitas persekutuan doa, yaitu dokter Radius di mangga besar. Sewaktu saya kesana usia kehamilan masih 4 minggu jika dihitung dari siklus mensturasi saya, dan dokternya hanya memberikan penjelasan saja, dan tidak jadi melakukan pemeriksaan terlebih dahulu, jika 1 minggu kedepan masih terlambat bisa kembali untuk periksa.   

    Kemudian di awal bulan Agustus 2019 saya melakukan pemeriksaan dan hasilnya memang benar saya hamil 5 minggu dan disarankan kontrol 2 minggu lagi. Umumnya kontrol kembali 1 bulan kemudian tapi karena saya memiliki riwayat pernah hamil diluar kandungan dokter kemungkinan mau memantau kehamilan saya. Kemudian minggu ke 7 saya kembali kontrol, sudah ada detak jantug baby saya. Saya semakin bersyukur karena kehamilan saya adalah kehamilan di dalam rahim. Pada usia kandungan saya memasuki minggy ke 10 dokter menyatakan kehamilan saya bagus tidak ada kelainan atau apapun itu. Lalu saya disarankan kontrol 1 bulan kemudian. Tetapi saya mendapatkan info dari ipar saya, bahwa kehamilan ada kelainan atau ada gejala downsyndrom bisa dilihat pada usia 12 minggu. Jadi saya memutuskan untuk kontrol kembali, dan kebetulan di rumah sakit pemerintah ada program untuk pemeriksaan gratis dengan 4D dan pemeriksaan preeklamsia.

    Pada waktu saya ikut pemeriksaan gratis tersebut saya mendapatkan kabar yang kurang menyenangkan. Dokter tersebut melihat bahwa ketebalan tengkuk (NT) anak saya lebih dari 3. Padahal seharusnya tidak boleh dari 3, jika lebih dari 3 ada kecurigaan bahwa baby tersebut akan mengalami kelainan/Downsyndrome. Seketika menjadi down, dan dokter memberi saran ada 2. Pertama jika saya terlalu ingin tau bisa tes lab, tapi tidak akan mengubah hasil. Kedua tidak perlu melakukan apapun hanya berdoa saja, dan dia bilang ini bahwa ini masih dugaan sama seperti keadaan jika mendung belum tentu hujan. Meski begitu itu sangat membuat saya sedih, dalam 2 hari kedepan saya mencoba datang kedokter saya yang pertama dan sebelum kedokter saya sempat bermimpi bahwa dokter bilang anak saya normal ketebalan tengkuknya 1 koma. Keesokan harinya saya kedokter dan ternyata hasilnya sama dengan dokter sebelumnya, dan beliau menyarankan hal yang sama tes lab. Lalu karena saya merasa down dan tidak puas saya kembali kedokter lain yang memiliki subspesialis dokter kandungan Fetomaternal dan menceritakan apa diagnosa dokter sebelum-sebelumnya. Dokter yang ketiga ini lebih menyeramkan dan parah menurut saya, beliau bilang ada kecurigaan dan lebih baik tes dan jika hasilnya tidak bagus harus dieliminasi/digugurkan sebelum usia kandungan 4 atau 5 bulan. Saya seketika bilang kedokter tersebut, tapi kan sudah ada detak jantungnya, dan tes tersebut tidak bisa membuat keadaan berubah atau mengobati jadi buat apa?.

    Dalam minggu-minggu itu saya terus bersedih, meski mama saya menguatkan tak usah takut, kamu anak Tuhan, pasti tidak ada apa-apa. Selama 1 minggu itu, saya terus berdoa Novena Tiga Kali Salam Maria, Doa Rosario dan selalu membacakan keras Maz 91, serta memberikan minyak pengurapan sambil berkata kepada baby saya, bahwa Kamu diberkati, kamu disempurnakan Tuhan. Setiap kali ingat omongan dokter saya menangis, tapi dalam tangis tersebut saya berdoa dan dalam hati kecil saya Tuhan berkata, Jangan khawatir anak ku, Sebab Aku ini mengetahui rancangan -rancangan apa yang ada padaKu mengenai kamu, demikianlah firman  TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan (Yer 29:11).

    Kemudian saya mencari dokter opini ke 4 setelah 1 minggu bergumul, saya kembali ke dokter yang pernah mendiagnosa saya hamil diluar kandungan. Pada saat saya periksa, Kami tidak memberi tahu tentang diagnosa dokter sebelumnya, dan hasil pemeriksaan dokter tersebut dengan spontan memberi tahu bahwa bayi saya sehat, NT 1.3 dan bilang tidak ada kecenderungan downsyndrome. Seketika saya dan suami mengucap syukur kepada Tuhan. Buat saya itu hadiah pertama yang Tuhan berikan, keesokan harinya kami diberikan hadiah kedua oleh Tuhan, suami saya mendapatkan kompensasi menginap di hotel, ini berkat dari Tuhan untuk kami bersantai sejenak, dan itu kami anggap honeymoon waktu perayaan ulang tahun pernikahan kami.

    Meski begitu, saya tetap melanjutkan rutinitas doa saya karena semua itu baru terbukti ketika anak kami lahir nanti. Bulan berganti bulan, tapi ada hal yang membuat saya khawatir dalam kandungan saya merasakan bayi saya cegukan. Saya teringat akan pengalaman teman saya yang anak nya mengalami kelainan kromosom dan lahir sebelum waktunya, dia bercerita bahwa dia merasakan bayinya cegukan dalam 1 hari bisa 4 kali. Pada saat bayi saya cegukan yang saya lakukan adalah tumpang tangan untuk mendoakan dia itu pada saat di kantor, dan pada saat di rumah memberikan si baby musik rohani, dan itu membuat cegukan baby saya lebih cepat berhenti.

    Saya terus berdoa dan memperkatakan hal-hal yang positif pada baby saya, bahwa Baby saya diberkati, disempurnakan oleh Tuhan dan dilindungi Tuhan selalu. Selain hal tersebut, Tuhan memberikan saya pertolongan yang luar biasa, saya dari kecil memiliki minus mata tinggi karen keturunan, dan berdasarkan info dari orang-orang minus tinggi lebih baik operasi cesar. Akan tetapi, saya juga ingin melahirkan normal karena biayanya murah dan pemulihannya cepat. Dokter saya sebenarnya tidak mempermasalahkan minus tinggi, tetapi dokter dari opini keempat saya menganjurkan lebih baik saya melakukan pemeriksaan mata, minus saya 10. Berdasarkan dari dokter keempat itu beresiko. Jadi kami memutuskan untuk memeriksakqn mata, dan saya kembali mendapatkan rekomendasi doktee dari teman persekutuan doa. Berdasarkan pemeriksaan retina saya bagus. Saya diizinkan untuk melahirkan nornal.

    Pasa minggu ke 37 saya merasa perut saya sakit. Lalu saya memutuskan untuk kontrol lebih awal, dan berdasarkan hasil USG Si Baby belum masuk panggul, dan ada terdapat lilitan. Dokter info meski ada lilitan tidak masalah untuk lahiran normal. Lilitan tersebut membuat saya sedikit khawatir, takut membahayakan baby. Saya cuma berserah. Bulan awal Maret di Indonesia muncul pandemi Covid 19, dan rencana awal saya bersalin di rumah sakit swasta karena biaya disana lebih murah secara mendadak harus kami batalkan. Dokter saya menyarankan pindah ke rumah sakit ibu dan anak Family, karena lebih aman dan beliau juga praktek disana. Saya cari info di RS tersebut lebih mahal selisihnya hampir 8juta lebih. Meski saya mendapat fasilitas asuransi dari kantor saya harus membayar biaya tambahan kurang lebih 13 juta. Ini membuat kami bergumul kembali, dan kami memutuskan untuk mengikuti saran dokter.

    Pada bulan Maret mendekati due date, belum ada tanda-tanda persalinan, meski sudah beberapa kali kontraksi, tapi hanya kontraksi palsu. Lalu saya meminta doa kepada orang tua, mertua dan Kakak dari mama saya yang sudah saya anggap seperti mama sendiri, dan selama 1 minggu saya juga berdoa Novena Tiga kali Salam Maria. Lalu keesokan harinya, tanda awal saya mau melahirkan tiba, yaitu muncul bercak darah dan kontraksi. Hari itu kebetulan hari tersebut saya sudah membuat janji dengan dokter untuk kontrol. Ketika saya mengetahui saya sudah ada kontraksi saya memberi info dokter. Dokter kemudian menelpon saya dan info untuk ke rumah sakit, beliau memberitahu biasanya untuk anak pertama lahirannya agak lama bisa sampao keesokan harinya. Saya hanya ucap semoga tidak dokter karena sakitnya sudah luar biasa. Kami sekeluarga menuju RS dan saya selama mengalami kesakitan saya berdoa Salam Maria, dan memegang rosario. Saya kontraksi pada pukul 6 pagi dan saya berhasil melahirkan pukul 13.44. Pada saat jam 12 kurang dokter datang dan memberikan penjelasan untuk tetap bersemangat dan bertahan sampai akhir. Semakin pembukaan saya bertambah saya semakin sakit dan tidak bisa berdoa Salam Maria, saya hanya bisa menyebut "Yesus", "Yesus, tolong aku". Saat pembukaan lengkap pun pertolongan Tuhan sungguh luar biasa, saat saya berusaha mengejan, pertama kali tidak berhasil dan saya ulang berkali-kali hingga rasanya napas saya sudah habis, dan saya dalam hati bilang ke Tuhan, "Tuhan tolong aku, sepertinya aku sudah tidak sanggup". Kemudian kontraksi datang lagi dan anak saya lahir ke dunia. Sungguh, saya tidak menyangka saya berhasil melalui semua hal itu. Bayi mungil itu terlahir dan kami memberikan nama dia "Emanuel Abraham Rex Kurniawan". Emanuel yang berarti Tuhan beserta kita, selama proses kehamilan Tuhan berikan MukjizatNya. Abraham yang kami ambil agar berkat anak kami berlimpah seperti Bapa Abraham. Rex yang berarti Raja. Kurniawan yang merupakan nama belakang suami saya dan artinya karunia dari Tuhan. Anak kami terlahir sehat itu yang saya dengar dari dokter anak kami, beliau info jantung dan paru-parunya sehat.

    Pada saat hendak pulang dari RS, suami saya mengurus biaya administrasi dan ternyata biaya yang kami harus bayar dari kekurangan biaya setelah ditanggung oleh asuransi sesuai dengan biaya yang telah kami cadangkan sebelumnya, yaitu biaya yang akan kami tambah jika sayamelahirkan di RS Husada. Kami menambah biaya tidak sampai 13jt seperti perhitungan kami. Hal ini sangat diluar dugaan kami, bahwa Tuhan selalu menyediakan dan mencukupkan kebutuhan kami.

     Kemudian satu minggu setelah kami pulang RS kami kontrol ke dokter anak dan dokter kandungan, saya menanyakan ke dokter "Apakah anak saya normal? tidak ada kelainan atau downsyndrome?" Dokter kandungan menjawab anak saya sehat dan dokter anak tidak melaporkan hal yang aneh. Sedangkan saat saya menanyakan hal tersebut ke dokter anak, dia menjawab "Saya sudah bilang sama kamu, anak kamu sehat tidak ada downsyindorme atau kelainan. Jika ada kelainan sejak saya menemui kamu saya pasti info ke kamu, kalau saya tidak info saya gagal sebagai dokter". Seketika saya sangat-sangat lega. Tuhan begitu baik dan teramat baik dalam hidup saya dan keluarga. Tuhan menyediakan hal-hal yang kita perlukan. Dalam hal ini, kita diajarkan untuk beriman kepadanya. Iman itu adalah kita percaya meskipun kita belum melihatnya. Semoga dari pengalaman hidup saya kita semua semakin dikuatkan dan lebih percaya dan berserah kepada Tuhan.

 

*Terima kasih kepada Tuhan Yesus, Bunda Maria, Mama, Mertua, Adek dan Kakak Ipar, tim Doa Komsel Mayo dan Tim Doa PDPKK MBK atas bantuan doa-doanya*


Publish Date: 2020-04-01
Tags: Kesaksian
kemurahan-hati-tuhan